BREAKING

Kamis, 14 Mei 2015

Waspadai Asap Dapur Saat Memasak

Bagi kebanyakan kaum wanita, aktivitas memasak di dapur memang menyenangkan. Namun asap yang ditimbulkan dari hasil pengolahan makanan di dapur ternyata bisa memicu banyak penyakit, dari yang ringan sampai akut, seperti asma hingga kanker paru.

Penelitian terbaru yang dilakukan pakar onkologi dan radiologi AS menemukan fakta bahwa asap dapur dapat memicu beberapa penyakit. Fakta medis ini disampaikan dokter Lula Kamal di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, bahaya asap dapur sebenarnya sudah ada sejak orang masih menggunakan kayu bakar yang menghasilkan asap lebih banyak akibat pembakaran tidak sempurna, seperti kebiasaan memasak di India dan Pakistan.
“Asap dapur sama bahayanya seperti asap rokok. Kalau ventilasi di dapur kurang, asap bisa berputar-putar di ruangan, kondisi seperti itu sama seperti kita menghirup asap rokok,” ujar Lula.
Saat memasak dan mengeluarkan asap, otomatis sama dengan menghasilkan oksidan yang berbahaya. Salah satu kandungan oksidan yang dapat membahayakan tersebut yaitu karbon monoksida.
“Oksidan muncul sebagai hasil dari reaksi pemanasan, yang biasanya terjadi pada proses memasak. Oksidan bisa menyebabkan mutasi sel, dan kerusakan kolagen pada kulit wajah,” tambahnya.
Kolagen dan jaringan kulit yang rusak, kemudian bisa menimbulkan jerawat, kulit berminyak, hingga munculnya keriput. Selain membahayakan kesehatan dan keremajaan kulit, asap juga bisa memicu pneumonia (penyakit paru-paru) hingga kanker nasofaring. “Asap dapur dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan atau penyakit seperti pneumonia hingga kanker paru. Ada pula satu jenis kanker di THT yang jumlahnya termasuk sangat tinggi yaitu kanker nasofaring,” beber Lula. Kanker nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut. Kanker nasofaring biasanya dipicu juga oleh makanan seperti ikan asin yang mengandung nitrosamin. Gejala kanker ini biasa kita abaikan karena hanya batuk, pilek, suara serak dan mimisan ringan yang sering kita anggap lazim terjadi.
Efek itu memang tidak dirasakan seketika, namun dalam jangka panjang tergantung seberapa sering kita memasak, berapa lama dan apa yang kita masak.
“Apalagi pada kayu bakar yang pembakarannya tidak sempurna, asap lebih banyak. Semua asap berbahaya, termasuk asap rokok juga asap saat kita memasak. CO, SO2, NO2, itu semua kan oksidan karena hasil proses pembakaran sehingga merusak kesehatan dan bisa menimbulkan masalah pada pernapasan,” tutur Lula. Lula juga menyarankan untuk mulai membatasi konsumsi makanan goreng atau tumis yang melibatkan proses memasak cukup lama. Lalu, mulailah mengonsumsi makanan dan minuman yang kaya kandungan antioksidan. Misalnya teh hijau, kopi, dan buah-buahan segar, agar tubuh bisa semakin baik, dan terhindar dari penyakit yang mengancam.
Selain memastikan dapur memiliki ventilasi yang baik, alat pengisap asap dapur (cooker hood) juga bisa dimanfaatkan untuk meminimalisir paparan asap dapur. Apalagi, jika masakan yang diolah membutuhkan waktu yang lama.
“Pilih hood jangan hanya desainnya saja tapi pastikan bisa mengisap asap dengan baik. Jadi, perhatikan fungsi dan kualitasnya, baru desainnya,” kata Lula.


Bisa Timbulkan Emphysema
Polusi rumah seringkali identik dengan asap rokok, padahal selain itu masih banyak lagi yang lainnya yang perlu diwaspadai. Salah satunya adalah asap yang berasal dari pembakaran kayu atau ‘biofuel’.
Berdasarkan studi di Tiongkok, asap hasil pembakaran rumahan itu dapat meningkatkan risiko mengalami emphysema dan penyakit yang terkait paru lainnya.
Dalam sebuah analisis terhadap 15 studi internasional, tim peneliti menemukan bahwa orang yang terpapar asap bahan bakar biomassa di rumah mereka umumnya memiliki risiko lebih tinggi mengalami chronic obstructive pulmonary disease (COPD) atau penyakit paru kronis dibandingkan dengan mereka yang memakai sumber lain untuk memasak dan pemanasan.
Biomassa adalah bahan-bahan biologi yang dapat dibakar untuk dijadikan energi, seperti kayu, tumbuhan kering dan kotoran hewan. Di negara-negara berkembang, bahan-bahan seperti ini kerap digunakan sebagai sumber energi untuk memasak atau pemanasan.
Namun, asap rokok adalah faktor risiko utama terjadinya COPD, yaitu kelompok penyakit paru serius yang meliputi emphysema dan bronkitis kronis.
“Sejumlah temuan terbaru memperkuat bukti bahwa terpapar asap biomassa merupakan faktor risiko terkena COPD,” ujar Pixin Ran dari Guangzhou Medical University di Guangzhou, Tiongkok.
Untuk studi yang diterbitkan dalam jurnal Chest ini, Ran bersama timnya menggabungkan hasil dari 15 studi di Asia, Amerika Latin, Meksiko dan Spanyol, yang melibatkan total 3.719 orang dewasa yang mengidap COPD dan sekitar 39.000 laki-laki dan perempuan sehat.
Dalam penelitian itu dibandingkan antara pasien COPD dengan mereka yang sehat, dengan melakukan survei mengenai kapan terakhir mereka terpapar asap biomassa di rumah mereka. Studi seperti ini belum dapat membuktikan penyebab dan dampak dari asap biomassa itu, melainkan hanya menunjukkan apakah ada kaitan antara variabel yang telah diukur, dalam hal ini pemaparan asap biomassa, dengan risiko COPD.
Dari penelitian itu para ilmuwan menemukan kesimpulan bahwa partisipan yang melaporkan terpapar asap biomassa di rumah memiliki potensi dua kali lipat terkena COPD dibandingkan dengan mereka yang tak terkena asap rumahan. Risiko ini sama terhadap laki-laki atau perempuan di wilayah manapun di dunia.
Asap biomassa tampaknya juga mempengaruhi risiko COPD yang diakibatkan oleh asap rokok. Ini kemungkinan semakin memperparah penyakit akibat dari asap rokok.
Di kalangan non-perokok, tim yang dipimpin Ran menemukan bahwa bila terpapar asap biomassa akan mengalami peningkatan risiko COPD 2,5 kali lipat.
“Sementara untuk perokok yang terpapar asap biomassa memiliki risiko lebih dari empat kali lipat terkena COPD ketimbang non-perokok yang tidak menghirup asap biomassa di rumah,” kata Ran

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 GANUFA | All Rights Reserved
Design by : Rumah Entreprenenur