BREAKING

Kamis, 14 Mei 2015

“Sekolah Bisnis” Para Ibu Rumah Tangga

Komunitas menjadi jembatan apresiasi diri. Begitupula dengan, Komunitas Ibu- Ibu Doyan Bisnis menjadi wadah para ibu rumah tangga untuk menyalurkan potensinya.
Sebaris kata mengenai perkembang anak tertulis melalui group Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis. Di bagian terakhir kalimat, pengelola membubuhkan #selasaparenting sebagai tanda bahwa topik bahasan akan disebarkan melalui kode hastag tersebut. Begitulah, komunitas yang berdiri pada sekitar Oktober 2011 menjalankan aktifitasnya. Mereka menggunakan laman media sosial facebook untuk tukar informasi seputar bisnis sebagai bahasan utamanya dan perkembangan anak yang menjadi bahasan lainnya.
“Bagi ibu-ibu lebih mudah terkoneksi lewat facebook (FB). Karena kalau kita bikin milis (mailing list) jarang yang buka email. Kalau twitter, jarang yang punya twitter. Kalau FB lebih friendly,” ujar Roza Rianita Nursetia, 33, ketua komunitas yang ditemui salah satu pusat perbelanjaan Tanah Abang, Jakarta, Rabu (5/6) siang.
Selain itu, melalui laman media sosial tersebut, setiap anggota bisa menulis teks yang lebih panjang serta memajang foto untuk menunjang aktifitas komunitas maupun bisnisnya.
Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis merupakan kumpulan wanita yang senang bisnis atau yang akan memulai bisnis. Di sini, mereka membicarakan tentang bisnis mulai dari perkembangannya, tips, mengatasi konsumen sampai mengatasi pegawai. Di samping itu, mereka memasukkan topik parenting sebagai bahasan di luar bisnis. Hal ini tidak lain dikarenakan, pesertanya kesemuanya ibu-ibu yang memiliki kedekatan dengan masalah anak.
Roza yang akrab disapa Ocha mengatakan bahwa komunitas yang memiliki anggota di seluruh Indonesia dan luar negeri sengaja membatasi pesertanya perempuan. Ia dan temantemannya ingin memberikan rasa nyaman pada perempuan agar lebih bebas menuangkan potensi dan masalah yang tengah dihadapi.
“Biasanya kalau yang trans gender, perempuam suka tidak bisa mengeluarkan unek-uneknya. Malah kadang pembicaraannya lebih didominasi lakilaki,” ujar dia yang dibenarkan rekan sejawatnya Ari Kurnia, 37.
Agar interaksi komunitas lebih terarah, komunitas menjadwalkan topik diskusi yang berbeda setiap harinya. Seperti pada Senin merupakan diskusi yang membahas mengenai bisnis online. Lalu Selasa, topik diskusinya mengenai parenting. Rabu, peserta berjumlah 14 000 orang diajak untuk membahas mengenai orang-orang yang akan memulai bisnis.
Kemudian pada Kamis, peserta akan membahas mengenai bisnis kreatif dan kuliner. Pada Jumat, peserta diberikan sedikit kebebasan. Pada hari tersebut, peserta yang rata-rata memiliki bisnis bisa mengiklankan produknya. “Hanya sebelumnya mereka memberikan sisi edukatifnya terlebih dahulu, misalnya tips. Setelah itu, mereka baru boleh mengiklankan produknya,” ujar Ocha tentang ramburambu beriklan di komunitasnya.
Di akhir pekan, kegiatan tidak berhenti sepertihalnya pekerja kantoran. Sabtu membahas mengenai manajemen bisnis. Bisa terkait dengan masalah pegawai atau masalah keuangan dan keuangan bisnis yang tidak dicampur adukkan.
Sedangkan pada Minggu, peserta diberikan kesempatan curhat bisnis. Mereka dibebaskan untuk menuangkan unek-uneknya mengenai bisnis mulai dari cara meningkatkan bisnis, masalah dengan pegawai maupun masalah dengan konsumen.
Diskusi Di setiap diskusi akan dipandu oleh koordinator komunitas. Topik bahasan dapat berasal dari koordinator maupun ide dari anggota. Kadang-kadang, diskusi mengundang pekar dari luar. Kalau sudah begitu, pengelola komunitas akan memberikan ruang khusus dengan memanfaatkan secreet group untuk menyeleksi anggota yang ikut dalam diskusi. Untuk diskusi semacam ini, anggota dikenakan biaya kurang lebih sekitar 300 ribu rupiah.
Kenyakan ibu-ibu melakukan online pada malam hari, sekitar pukul 7 sampai 9 malam. “Tapi ada yang online pukul 24.00 WIB setelah anakanak tidur,” ujar wanita yang memiliki bisnis wedding yang berlabel Mozza Wedding House. Tidak semua anggota memberikan respon, terutama untuk anggota baru atau yang sedangkan memulai berbisnis, biasanya mereka masih malu-malu. “Kalau enggak, mereka ngelike,” ujar dia menceritakan perilaku anggotanya.
Para anggota yang bergerak dalam bisnis spa, kuliner, menulis buku, fashion desainer, wedding dan sebagainya tidak selalu mengandalkan media sosial. Sesekali, mereka mengadakan kopi darat atau pertemuan untuk saling mengenal satu sama lain. Ajang pertemuan ini biasanya dikoordinasinya melalui koordinator wilayah. Melalui, komunitas mengajak wanita lebih berdikari.  din/E-6
Saat, wanita menjadi dirinya sendiri
Kegiatan domestik wanita sebagai pengurus suami dan anak selalu dipandang mulia. Namun sebagai pribadi yang memiliki pengetahuan, wanita tidak lepas dari keinginan untuk mengembangkan diri sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Menjalankan aktifitas di luar peran utamanya, menjadikan wanita tidak kehilangan jati dirinya.
Ari Kurnia, 37, bendahara Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis mengatakan bahwasanya ibu-ibu rumah tangga memiliki keinginan untuk memiliki aktifitas sendiri. “Para anggota yang rata-rata S1, banyak yang ingin bekerja. Mereka ingin berkarya tetapi tidak meninggalkan rumah,” ujar perempuan yang ditemui di pusat perbelanjaan di Tanah Abang, Jakarta, Rabu (4/3) siang.
Wanita yang aktif menulis buku dan pemilik nikiapik. com,sebuah toko online mengamati bahwa perempuan memiliki potensi yang tidak kalah dengan laki-laki. Mereka memiliki keinginan agar potensi yang telah dianugrahkan atau yang diperoleh melalui bangku kuliah bisa tersalurkan.”Banyak sih yang merasakan, setelah ikut komunitas hidupnya lebih hidup. Karena memiliki teman yang passionnya sama.” ujar dia.
Ada saatnya, wanita merasa penat dengan urusan rumah tangga. Lalu, mereka dapat berinteraksi dengan teman-teman yang ada di komunitas, semangatnya kembali muncul. “Jadi seolaholah, mereka berkumpul secara online dan off line atau kopi darat menjadi me time tersendiri. Kalau ketemu itu seneng lho,” ujar dia disambut gelak tawanya. Bahkan, Ari mengatakan ajang sesi wawancara yang tengah dilakukan bersama Koran Jakarta menjadi me time untuknya.
Di dalam komunitas yang dilakukan secara online, ibu-ibu dapat saling tukar informasi maupun mengup grade pengetahuan. Kegiatan lebih banyak dilakukan di dalam rumah terkandang menjadikan mereka lebih berjarak dengan informasi yang tengah berkembang. Terlebih kopi darat, mereka tambah senang lagi. Pasalnya di kesempatan tersebut, mereka dapat bertemu dengan teman-teman yang memiliki minat yang sama.”Kalau di online kan, kita tidak bisa melihat wajahnya. Lagian, kata-kata kan bisa banyak arti. Kalau ketemu kita bisa ngobrol langsung dan lebih banyak networking,” ujar dia. Peranan sebagai ibu rumah tangga dan jarak yang terpisah bukan berarti mengubur potensi. Melalui komunitas dan perangkat teknologi yang tengah digemari, para ibu masih bisa menyalurkan potensi dirinya.  din/E-6
Ingin Bisnis Yang Fair
Menambah Ilmu menjadi motovasi Hayati Fauziyah, 33, bergabung dalam Komunitas Ibu-Ibu Doyan Bisnis. Wanita yang akrab dipanggil Ozie tidak hanya mendapatkan keuntungan secara materiil. Melainkan, ia bisa memperoleh ilmu bahkan berbagi ilmu terkait bisnis, wanita dan anak dengan sesama anggota.
Bisa dibilang, Ozie tidak sengaja bergabung dengan komunitas yang semua anggotanya perempuan ini. Salah satu kenalannya dalam group whashap lah yang mengajaknya untuk bergabung. Atas dasar, komunitas merupakan wadah untuk berbagi ilmu yang bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya. Maka pada 2013, akhinya dia mau mengikuti ajakan temannya tersebut.
Komunitas yang melakukan aktifitas melalui media sosial dirasakan menjadi wadah yang lebih efektif. Mereka dapat berkenalan dengan para anggota yang memiliki minat sama melalui situs jejariangan sosial. “Lebih praktis,” ujar Ozie yang dihubungi, Kamis (5/3) malam. Di era perkembangan teknologi, komunitas menggunakan kemajuan perangkat tersebut untuk saling berinteraksi.
Di samping itu, kondisi lalu lintas yang makin padat menjadikan perangkat teknologi merupakan solusi untuk menjembatani komunikasi.
Meski telah bertukar informasi melalui perangkat teknologi, kopi darat atau pertemuan tatap muka masih dibutuhkan untuk makin mengenal anggota satu dan lainnya. Ozie yang tinggal di Bandung dipercaya mengkoordinator anggota di wilayah tersebut. Wanita yang dipercaya sebagai public relation komunitas mengadakan pertemuan sebulan sekali yang dilakukan di butiknya di kawasan Buah Batu, Bandung.
“Kalau kopi darat, kita menjadi lebih familier,” ujar dia yang memiliki usaha baju batik berlabel Lovelyzia. Kopi darat yang biasanya dihadiri antara 10 sampai 20 orang biasa berlangsung antara 3 sampi 4 jam dengan menghadirkan pembicara. Topik yang dibahas berkaitan dengan bisnis bahkan sampai bisnis yang diperbolehkan oleh agama. Sedangkan untuk biaya pertemuan, masing- masing anggota diminta iuran sebesar 75 ribu rupiah sebagai pengganti uang makan dan imbalan sekedarnya untuk pembicara.
Bisnis menjadi ladang untuk kaum hawa mengembangkan diri selain berperan sebagai ibu dan istri. Bisnis yang mengajak pelakunya masuk ke ranah publik tidak lagi dianggap aktifitas yang tabu untuk dilakukan kaum hawa. “Wanita kan tidak hanya menjadi ibu rumah tangga, kalau bisa mengapa tidak,” ujar single parent yang mengakui keuntungannya mengalami peningkatan sebanyak 20 persen setelah itu dalam komunitas.
Ozie yang tergabung dalam sejumlah komunitas tergolong cukup selektif. Ibu satu anak ini hanya ingin bergabung dalam wadah yang memberikan keuntungan yang adil untuk para anggotanya. Ia tidak terlalu tergoda ikut serta dalam perkumpulan yang hanya memberikan keuntungan lebih besar pada anggota yang paling senior sedangkan para anggota baru cenderung dirugikan. “Karena menurut saya not fair,” ujar dia tentang bisnis produk dari luar negeri yang belakangan marak diikuti para wanita.
Di samping itu, ikut bersama komunitas yang kesemua anggotanya para perempuan memiliki keuntungan tersendiri. Mereka dapat saling mencurahkan isi hati dari sudut pandang perempuan.

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 GANUFA | All Rights Reserved
Design by : Rumah Entreprenenur